Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang
telah dirumuskan yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan (Djamarah, 2002:53).
Sedangkan menurut sedangkan Wina Senjaya (dalam Sudrajat, 2008) metode adalah “a
way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Sedangkan Sudrajat menyimpulkan metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (sudrajat, Online 19 Maret 2008,
tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran)
Sesuai pengertian di atas maka metode
merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan
generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya
akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital,
maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan
harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak
membosankan. (Nadhirin, Online 19 Maret 2008, tersedia: http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html)
Menurut Winarno Surakhmad (dalam Syaiful Bahri
Djamarah&Aswan Zain, 2002 : 89) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a.
Siswa adalah manusia berpotensi yang
menghajatkan pendidikan. Dalam hal ini terdapat berbagai macam perbedaan, baik
dari aspek intelektual, status sosial, latar belakang kehidupan, kemampuan dalm
memgolah kesan dari bahan pelajaran yang baru disampaikan.
b.
Tujuan adalah Sasaran yang dituju
dari setiap kegiatan belajar mengajar. Metode guru harus sejalan dengan taraf
kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap siswa.
c.
Situasi, dalam kegiatan belajar
mengajar yag harus guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari dan
waktu yang tersedia cukup untuk bahan pengajaran yang ditentukan
d.
Fasilitas adalah kelengkapan yang
menunjang belajar siswa disekolah.
e.
Guru, dalam hal ini adalah
permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
mengajar misalnya; kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar.
Sedangkan pembelajaran mengandung arti
setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai baru. ( Sagala, 2008 : 61). Menurut Dimyati dan
Mujiono dalam Sagala (2008) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN no. 20 tahun 2003 menyatakan
pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkaran belajar. Jadi dapat disimpulakan pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang
dapat meninghkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi pelajaran. (Sagala, 2008 : 62)
Maka sesuai dengan
pengertian-pengertian di atas maka peneliti menggunakan metode Kumon. Metode
Kumon adalah suatu model belajar dari Jepang dan dikembangkan pertama kali oleh
Toru Kumon, seorang guru matematika SMU yang pada awalnya ingin membantu
pelajaran matematika anaknya yang waktu itu masih duduk di kelas 2 SD.
Metode Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program
belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang
memungkinkan siswa menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya
secara maksimal. (Lukman, Online 7 Juli 2008. Tersedia :
http://haydar85.wordpress.com/2008/07/07). Selain itu Luqman (2008)
menambahkan pembelajaran Kumon adalah pembelajaran yang mengaitkan antar
konsep, ketrampilan, kerja individual dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan.
Metode Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja
yang disusun sedemikian rupa secara sistematis dan small step yang berisi
materi pelajaran matematika dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMU.
Bahan pelajarannya dirancang sehingga siswa dapat mengerjakan dengan
kemampuannya sendiri, bahkan memungkinkan bagi siswa untuk memperlajari bahan
pelajaran di atas tingkatan kelasnya di sekolah. (Yudi, Online 7 April
2010. Tersedia : http://yudithea.blogspot.com/2010/04)
Prinsip dasar metode yang disebarluaskan ke Indonesia pada
Oktober 1993 ini adalah pengakuan tentang potensi dan kemampuan individual tiap
siswa. (Shinta, Online 20 April 2010. Tersedia : http://retnadi-17.web.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/pp.pdf). Siswa mempunyai potensi yang
tidak terbatas. Untuk mengembangkan potensi ini secara maksimal, diperlukan
bimbingan dan lingkungan yang mendukung tanpa membatasi usia siswa. Bahkan
siswa usia prasekolah yang belum bisa memegang pensil pun dapat memulai belajar
dengan metode KUMON.
Salah satu jurus yang membuat metode ini efektif adalah
metode belajarnya. Di program Kumon, pembelajarannya disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing siswa. Karena sesuai dengan potensinya masing-masing,
akan lebih mudah bagi siswa mempelajarinya. (Kurniati, Online 11 Mei 2009,
tersedia : http://Kosmo.vivanews.com)
Kumon menilai kunci keberhasilan belajar matematika adalah
dengan banyak berlatih. Tak heran bila selama belajar dengan Metode Kumon siswa
akan mendapat banyak porsi latihan.
Dalam metode Kumon siswa yang sudah punya kemampuan cukup
yang bisa maju ke tingkat lebih tinggi. Bagi yang belum cukup akan terus
mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidak mendapat kesulitan saat
mengerjakan bahan pelajaran yang lebih tinggi.
Selain itu dalam metode Kumon memberlakukan sistem nilai
100, artinya tiap latihan harus benar dikerjakan semua sebelum bisa berganti
lembar pelajaran. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri
sampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi
melakukan kesalahan yang sama. (Shinta, Online 20 April 2010. Tersedia : http://retnadi-17.web.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/pp.pdf)
Namun, kenaikan tingkat sering kali tidak terasa. Ini karena
perubahan bahan pelajaran dibuat sedemikian kecil, bahkan halus dan sistematis.
Bahan pelajaran meningkat seiring dengan kemampuan penalaran sendiri, jarang
sekali ia harus minta bantuan guru. Cara ini akan membentuk kebiasaan belajar
mandiri yang berguna untuk menggali potensi diri-sendiri.
Begitu metode ini sudah dimengerti siswa, ia bisa
mempraktikkannya sendiri di rumah dengan berlatih soal-soal dan
kesulitan-kesulitannya di sekolah. Bila terus dilatih, kemampuannya akan
terus terasah. Bahkan metode Kumon ini bisa juga diajarkan pada anak usia
prasekolah. Karena belum bisa menulis, biasanya mereka diberi alat bantu berupa
papan bilangan magnetik, jigsaw puzzle, kartu bilangan dan sebagainya, hal
tersebut mampu membentuk kecenderungan siswa yang tentunya kecenderungan itu
akan menyesuaikan dengan minat dan bakatnya.
Program Kumon tidak hanya mengajarkan
cara berhitung tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih fokus
dalam mengerjakan sesuatu sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kemampuan tersebut akan terlihat
dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri.
Peserta program akan diajarkan dasar-dasar soal untuk bisa menyelesaikannya
yang lebih sulit.
Metode Kumon juga bermanfaat untuk mempelajari matematika
yang lebih luas, misalnya untuk bidang aljabar, trigonometri, dan matematika
tingkat lanjut. Di negara-negara lain, metode Kumon sudah dikembangkan untuk
materi pelajaran lain seperti pelajaran bahasa inggris, bahasa jepang, bahasa
jerman, bahasa perancis, dan sebagainya (Yudi, Online 7 April 2010.
Tersedia : http://yudithea.blogspot.com/2010/04/
metode-kumon-cara-efektif-belajar.html).
Metode Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan
dan porsi yang tepat akan mengembangkan kemampuan matematika siswa. Selain itu
belajar dalam waktu yang singkat dan rutin setiap harinya, maka dalam diri
siswa akan terbentuk kemampuan berkonsentrasi, ketangkasan kerja, kemampuan
berpikir, kebiasaan belajar dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk
mempelajari hal-hal lainnya.
Sesuai dengan pendapat Shita (2009) Metode Kumon bukan hanya
meningkatkan penguasaan matematika, tapi juga berbagai kemampuan belajar pada
siswa, mulai dari konsentrasi dan ketangkasan kerja, semangat kebiasaan belajar
mandiri, kebiasaan belajar setiap hari. Bila ia bisa menyelesaikan soal latihan
matematika dari sekolah dengan cepat, maka ia bisa menggunakan sisa waktu untuk
mempelajari ilmu lain. Alhasil, pelajaran lain pun pasti akan meningkat.
(Shinta, Online 20 April 2010. Tersedia : http://retnadi-17.web.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/pp.pdf).
2.
Penerapan Metode Kumon
Dalam penerapannya Lukman (2008)
merinci metode kumon ini kedalam 8 tahap, yaitu:
a. Mula-mula, guru menyajikan
konsep dan siswa memperhatikan penyajian tersebut
b.
Kemudian siswa mengambil buku saku
yang telah disediakan, menyerahkan lembar kerja PR yang sudah dikerjakannya di
rumah, dan mengambil lembar kerja yang telah dipersiapkan guru untuk dikerjakan
siswa pada hari tersebut.
c.
Siswa duduk dan mulai mengerjakan
lembar kerjanya. Karena pelajaran diprogram sesuai dengan kemampuan
masing-masing, biasanya siswa dapat mengerjakan lembar kerja tersebut dengan
lancar.
d.
Setelah selesai mengerjakan, lembar
kerja diserahkan kepada guru untuk diperiksa dan diberi nilai. Sementara lembar
kerjanya dinilai, siswa berlatih dengan alat bantu belajar.
e.
Setelah lembar kerja selesai
diperiksa dan diberi nilai, guru mencatat hasil belajar hari itu pada “Daftar
Nilai”. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk penyusunan program belajar
berikutnya.
f.
Bila ada bagian yang masih salah,
siswa diminta untuk membetulkan bagian tersebut hingga semua lembar kerjanya
memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar siswa menguasai pelajaran dan tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
g.
Jika
siswa sampai mengulang 5 kali, maka guru melakukan pendekatan kepada siswa dan
menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
h. Setelah selesai, siswa mengikuti
latihan secara lisan. Sebelum pulang, guru memberikan evaluasi terhadap
pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi yang akan dikerjakan siswa pada
hari berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar